Tuesday 25 September 2007

Gu-Ru di diGugu dan ditiRu

Pendidikan merupakan suatu masalah penting bagi setiap negara, setiap bangsa, setiap manusia. Karakter suatu bangsa dibangun melalui program dan sistem pendidikan yang ada di negara tersebut. Contoh nyata ada di Indonesia, kita lihat saja bgaimana ruwetnya kehidupan bangsa ini tercermin dari ruwetnya kehidupan pendidikan di Indonesia. Kenapa banyak orang Indonesia gemar korupsi, tidak disiplin, tidak menghargai orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya, hal ini terjadi karena dunia pendidikan kita mengajarkan seperti itu.

Kita dididik korupsi dengan banyaknya pungutan di sekolah, kita dididik tidak disiplin karena banyak guru yang tidak disiplin, kita diajarkan tidak menghargai orang lain karena banyak pendidik dan sistem pendidikan kita tidak menghargai orang yang kurang kemampuan akademiknya. Dengan kata lain dalam dunia pendidikan Indonesia seorang murid diajarkan untuk menjadi egois , individualis bahkan sedikit bengis.

Dalam kehidupan politik negara ini dapat dilihat betapa buruknya hasil pendidikan di negara ini. Kepentingan masyarakat dan negara kalah oleh kepentingan pribadi dan kelompok. Harta negara dan rakyat dipermainkan untuk memuaskan mata, mulut, perut dan bawah perut. Keselamatan orang lain terabaikan yang penting diri dan keluarganya selamat. Bahkan Tuhan yang Maha Esa digantikan oleh tuhan yang maha banyak, karena semakin banyak katanya semakin makmur.

Akhir-akhir kecelakaan di jalan raya meningkat cukup tinggi, hampir dua kali lipat, bahkan untuk kecelakaan roda dua naik lebih dari tiga kali lipat. Pola pendidikan juga berpengaruh pada masalah ini, dan jangan samapi ada yang menganggap tidak ada hubungannya. Mulai dari perilaku pengendara yang tidak tertib, tidak disiplin dan banyak berbuat curang di jalan. Lihat saja bagaimana sistem pendidikan kita yang secara tidak langsung mendidik manusia menjadi seperti itu.

Di jalan ada tata aturan yang harus ditaati, harus menghargai orang lain, ada hak dan kewajiban yang harus dijalankan, harus mampu membaca dan mematuhi simbol-simbol atau tanda-tanda yang merupakan nilai-nilai bagaimana seharusnya kita berperilaku. Tapi apakah semua orang bisa membaca simbol-simbol tadi, padahal simbol termasuk dalam komunikasi non-verbal yang paling mudah dipahami dari pada komunikasi verbal. Bila membaca simbol saja kurang baik tentunya mutu pendidikan di Indonesia patut dipertanyakan.

Korupsi sangat membahayakan orang lain, tapi ternyata dunia pendidikan kita mengajarkan korupsi kepada murid melalui banyaknya pungli di sekolah. Maka tidak heran jika Dishub melakukan pungli untuk uji KIR, polisi menerima suap dari pelanggar lalu lintas, calo-calo berkeliaran di lokasi uji KIR, pengadilan lalu lintas, di kantor Samsat. Ini hasil dari dunia pendidikan Indonesia, melahirkan manusia curang, tidak humanis, kolot, lebih mengagungkan rasionalitas nominal serta angka-angka dari pada hati nurani dan budi pekerti. Maka tidak heran nominal angka lebih didahulukan dari pada rasa tanggung jawab yang menyangkut kehidupan orang lain.

Lalu mau sampai kapan kondisi seperti ini dibiarkan terjadi, apakah kita harus menunggu bis rombongan anak sekolah masuk ke jurang, seorang Muhammad Taufiq yang seorang pelawak tewas dengan tidak lucu setelah kendaraannya dihantam truk,atau mau menungu pejabat kita tewas di jalan akibat rangkaian kelicikan birokrasi yang basi. Kita tidak boleh menjadi orang basi yang seenaknya sendiri. Tidak tertib di jalan sama seperti korupsi karena kita telah mengambil hak orang lain.

Pendidikan seharusnya mampu menciptakan manusia yang tidak kampungan, ndeso, katro, ironisnya orang kota lebih kampungan dari orang kampung yang tertib. Mobilnya mentereng, pendidkannya bahkan sampai (e)S teler, tapi kelakuannya di jalan membuat kita bertanya apakah orang ini mempunyai hati nurani dan mampu membaca atau tidak, ini keblinger namanya.

Sudah saatnya kita berpikir lebih jauh, keselamatan orang lain adalah tanggung jawab kita juga. Dimulai dari sekolah, pendidikan di rumah, dalam lingkungan sekitar. Dunia ini milik bersama, jalan raya milik bersama. Yang berjalan, berjalanlah ditempatnya, kendaraan bermotor dan kendaraan umum berjalanlah sesuai hak dan kewajibannya. Jangan korupsi, karena korupsi selain basi juga membuat manusia menangis kehilangan orang yang dikasihi. Jangan lagi ajari korupsi kepada generasi muda Indonesia.

No comments:

Post a Comment