Wednesday, 22 February 2012
Dari Penderitaan Menuju Perubahan Untuk Rakyat Indonesia 1
Sunday, 13 July 2008
MLETHO
MLETHO, cukup satu kata untuk menggambarkan bagaiman kebijakan energi pemerintah, mleto berarti tidak aturan, berantakan, tidak mau disiplin, seenaknya sendiri dan nyerempet-nyerempet dengan kata sontoloyo. Cukup aneh kita yang memiliki sumber energi, tapi kita sendiri kekurangan, rasanya saya hampir bosan menuliskan kalimat ini. Tapi itu dia kenyataannya, kita seperti ayam kelaparan di lumbung padi.
Sekali lagi MLETHO, bagaimana tidak mletho, pemerintah sendiri yang membuat negara ini masuk dalam krisis dengan menaikkan harga BBM, ketika diingatkan, alasan mereka anggaran defisit. Kini ketika pengusaha mengeluh dan mengancam akan menarik investasi baru pemerintah yang hampir sontoloyo ini bingung. Ingat para pengusaha menaruh investasi di Indonesia bukan tanpa perhitungan.
Ada beberapa hal yang menjadi perhitungan para investor, pertama tenaga kerja yang murah, kedua bahan baku yang melimpah dan ketiga adalah negara ini memiliki sumber energi yang lebih dari cukup. Namun kenyataannya pemerintah tidak sadar akan hal ini, dan yang paling vital di masa depan adalah bagaimana mengelola cadangan energi nasional, kita harus bisa menabung, bukan berarti pelit, tapi bagaimana memenuhi kebutuhan diri sendiri lebih dahulu baru kepentingan orang lain.
Sebetulnya itulah prinsip kapitalisme, urus diri sendiri terlebih dahulu, kalau sudah cukup memiliki kemampuan baru kemudian membantu orang lain. Masalahnya pemerintah serba terbalik, dalam berdagang dengan negara lain komunis, terhadap sesama PEDABAT (pedagang yang jadi pejabat) dan PEJAGANG (pejabat yang jadi pedagang) berjiwa sosialis terhadap rakyatnya sendiri menjadi kapitalis, lalu dimana fungsi pemerintah yang semestinya mensejahterakan rakyat, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang-goyang
Tuesday, 18 March 2008
Lampu menyala yang mati
Lampu menyala yang mati
Bukan maksudnya bikin bingung seperti keadaan PLN yang bkin lampu mati, nyala, mati, nyala, tapi ini tentang kebijakan menyalakan lampu kendaraan roda duwa alias dogos, alias motor yang mati, yang jelas dimatiin sama pengendaranya. Kalau menurut tips aman berkendara di motorcyclecruiser.com salah satu cara untuk mengurangi risiko kecelakaan adalah selalu beranggapan kita tidak terlihat, yang jelas bukan karena punya ilmu kanuragan atau sejenisnya, kalau yang kaya begitu saya juga mau, tapi tidak terlihat oleh pengendara lain di kaca spion.
Selain menggunakan pakaian yang berwarna terang, untuk membuat posisi kita mudah terlihat dan dipantau oleh kendaraan lain adalah dengan menyalakan lampu motor. Jujur saja ini salah satu cara yang efektif, pernah saya melakukan percobaan kecil-kecilan sebelum ada aturan ini dengan cara membandingkan antara motor dengan lampu menyala di siang hari dan jika tidak menyalakan lampu dilihat dari spion. Hebatnya kira-kira jarak 500 meter atawa setengah kilo saya masih bisa melihat motor yang lampunya menyala di kaca spion sedangkan yang lampunya mati tidak terlihat karena samar dengan aspal jalan.
Sayangnya masyarakat bahkan juga aparat kurang begitu peduli dengan hal seperti ini. Banyak yang curiga jangan-jangan ini hanya permainan perusahaan bohlam lampu motor saja, padahal dengan lampu menyala lampu motor masih bisa hidup dua tahun lebih, ini juga pengalaman pribadi lho, sewaktu belum ada aturan lampu menyala di siang hari, sampai-sampai dikatain orang gila, bahkan sempat adu mulut sama pak polisi gara-gara lampu motor nyala di siang bolong.
Jadi menyalakan lampu sepeda motor bukan tidak ada alasan yang logis, apalagi dengan banyak kondisi jalan di Indonesia yang rusak karena banjir atau longsor, mudah untuk dipantau bukan hanya membantu pengendara kendaraan yang lain, tetapi juga membantu diri sendiri untuk terhindar dari kecelakaan. Tinggal pilih, mau selametin duwit 20rebu keselamatan terancam atau lampu nyala keselametan bisa dijaga